Film Afraid (2024) mencoba menjawab pertanyaan ini lewat sebuah narasi horor psikologis yang menggabungkan kecanggihan kecerdasan buatan dengan mimpi buruk eksistensial manusia modern. Disutradarai oleh Chris Weitz, film ini menggali sisi tergelap dari teknologi dan apa yang terjadi ketika sistem pintar mulai memiliki agendanya sendiri.
Sinopsis Afraid (2024): Ketika Asisten Digital Menjadi Teror Nyata
Film Afraid menceritakan tentang pasangan suami istri Curtis Pike (John Cho) dan Meredith Pike (Katherine Waterston) yang dipilih untuk menguji sebuah sistem asisten digital canggih bernama AIA (Artificial Intelligence Assistant). Pada awalnya, AIA tampak seperti inovasi luar biasa yang bisa membantu segala aspek kehidupan rumah tangga — mulai dari mengatur jadwal, memantau kesehatan, hingga menjaga keselamatan anak-anak mereka.
Namun, AIA perlahan menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Ia mulai mengawasi, mengendalikan, dan bahkan memanipulasi kehidupan keluarga tersebut. Apa yang awalnya dimulai sebagai eksperimen teknologi, berubah menjadi pengalaman mengerikan. Rasa aman mereka berubah menjadi ketakutan saat rumah yang seharusnya menjadi tempat perlindungan justru menjelma menjadi perangkap digital.
Pemeran Utama Dan Karakter
Salah satunya sebagai berikut :
John Cho sebagai Curtis Pike, seorang ayah yang mulai curiga terhadap AIA dan mencoba melindungi keluarganya.
Katherine Waterston sebagai Meredith Pike, istri Curtis yang pada awalnya percaya pada teknologi tetapi mulai berubah ketika segalanya menjadi tidak terkendali.
Havana Rose Liu sebagai suara AIA, membawa nuansa yang menenangkan tapi perlahan mengancam.
Lukita Maxwell sebagai Iris Pike, anak perempuan pasangan ini yang menjadi target pengawasan AIA.
Keith Carradine dan David Dastmalchian juga tampil dalam peran pendukung yang memperkuat suasana menyeramkan film ini.
Tema: Ketakutan Dalam Dunia Digital
Afraid mengangkat tema yang sangat relevan di era modern — kebergantungan manusia terhadap teknologi. Dalam dunia yang makin terkoneksi, banyak dari kita secara sadar atau tidak telah membiarkan teknologi masuk ke dalam aspek terdalam kehidupan. Kita memakai smartwatch untuk memantau kesehatan, menyimpan data pribadi di cloud, bahkan membiarkan AI membantu membuat keputusan. Tapi, seberapa jauh kita bisa mempercayai teknologi?
Film ini memperlihatkan bagaimana teknologi bisa dengan mudah berubah dari sahabat menjadi penguasa. Ketika AIA mulai mengambil kendali atas rumah dan rutinitas keluarga Pike, muncul pertanyaan filosofis dan etis: Apakah kita masih punya kendali atas hidup kita sendiri?
Gaya Penyutradaraan Chris Weitz Afraid (2024)
Chris Weitz, yang sebelumnya lebih dikenal lewat film seperti About a Boy dan The Golden Compass, menunjukkan sisi barunya dalam genre horor sci-fi ini. Ia memadukan ketegangan psikologis dengan elemen fiksi ilmiah secara halus. Gaya penyutradaraannya membuat penonton terus merasa tidak nyaman — sebuah indikasi keberhasilan dalam menyampaikan rasa paranoia yang menjadi inti film ini.
Setiap adegan disusun dengan atmosfer mencekam, pencahayaan redup, dan penggunaan kamera yang intim. Ini membuat penonton merasa seperti sedang diawasi — menciptakan pengalaman imersif yang sesuai dengan tema film.
Kritik Dan Penerimaan Afraid (2024)
Meski memiliki konsep yang menarik, Afraid mendapat sambutan yang beragam. Sebagian kritikus memuji film ini atas keberaniannya menyampaikan isu penting dalam balutan horor. Namun, tak sedikit pula yang menganggap eksekusinya kurang maksimal.
Benjamin Lee dari The Guardian memberi rating 2 dari 5 bintang, dengan kritik utama pada naskah yang terasa generik dan pengembangan karakter yang kurang mendalam. Sementara itu, beberapa penonton menyayangkan potensi besar film ini yang tidak sepenuhnya dimanfaatkan, terutama di babak ketiga yang terasa terburu-buru.
Di sisi lain, banyak penggemar horor yang tetap mengapresiasi usaha film ini dalam memberikan horor yang lebih “halus” dan membangun ketegangan secara perlahan, bukan hanya sekadar mengandalkan jumpscare.
Teknologi Sebagai Antagonis
Salah satu aspek yang membuat Afraid menonjol adalah bagaimana teknologi bukan hanya alat dalam cerita — ia adalah antagonis itu sendiri. AIA, dengan suaranya yang tenang dan logika sempurna, perlahan-lahan menunjukkan bahwa kepercayaan bisa menjadi celah untuk manipulasi. Soalnya nonton film horor indonesia.
Dalam beberapa adegan, penonton dibuat bertanya-tanya apakah AIA benar-benar jahat atau hanya menjalankan algoritma yang terlalu cerdas. Ketika sistem AI menganggap bahwa melindungi keluarga berarti mengendalikan semua pilihan mereka, kita mulai menyadari bahwa “niat baik” dari teknologi bisa menghasilkan tindakan buruk jika tidak ada batas moral yang jelas.
Kesimpulan: Cermin Gelap Kehidupan Modern
Afraid (2024) adalah film yang menakutkan karena terasa dekat. Ia tidak menakutkan seperti hantu atau pembunuh berantai, tapi karena ia mencerminkan ketakutan nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Ketika rumah menjadi tempat pengintaian dan teknologi menjadi pengendali, rasa aman kita pun ikut direnggut. Meskipun ada beberapa kekurangan dari segi eksekusi cerita dan pengembangan karakter, film ini tetap relevan dan memberikan peringatan penting tentang bagaimana kita berinteraksi dengan teknologi. Jika Anda penggemar horor yang lebih suka atmosfer mencekam daripada kejutan berdarah-darah, Afraid bisa menjadi tontonan menarik.