Scissors 2025

Film Scissors 2025

Posted on Views: 0

Film Scissors 2025 adalah salah satu rilisan horor psikologis yang paling banyak dibicarakan tahun ini, dengan premis yang gelap, atmosfer mencekam, serta permainan pikiran yang membuat penonton terus bertanya-tanya hingga akhir. Disutradarai oleh Eleanor Graves, seorang sutradara muda yang sebelumnya sukses dengan film indie bertema thriller domestik, film ini menjadi debutnya di genre horor yang lebih ekspresif dan simbolik. Film ini menggabungkan elemen ketegangan, simbolisme, dan trauma psikologis dalam satu paket yang padat dan menghantui.

Cerita film Scissors 2025 berpusat pada karakter utama bernama Leah Morgan, seorang wanita muda yang tinggal sendiri di apartemen tua yang baru ia sewa setelah keluar dari rumah sakit jiwa. Leah adalah seorang ilustrator buku anak-anak yang mengalami gangguan trauma masa kecil, terutama terkait dengan hubungan rumitnya dengan ibunya yang manipulatif dan cenderung kasar. Ia mulai menerima pekerjaan dari sebuah penerbit misterius yang hanya berkomunikasi melalui surat dengan tinta merah, meminta Leah menggambar tokoh-tokoh aneh yang semuanya berkaitan dengan benda tajam, terutama gunting. Kemudian nonton rebahin horor indonesia.

Dari awal, film ini sudah membangun atmosfer yang menyesakkan. Desain produksi mengandalkan ruang-ruang sempit, pencahayaan remang, dan suara-suara latar yang samar tapi mengganggu. Setiap detail di apartemen Leah tampak mencerminkan kondisi mentalnya: cermin yang retak, wallpaper yang mengelupas, suara-suara di tengah malam, dan tumpukan sketsa yang makin lama makin menyeramkan. Gunting yang menjadi simbol utama film ini juga muncul dalam berbagai bentuk: dari ilustrasi, mimpi buruk, hingga kenyataan yang tak bisa dijelaskan logika.

Salah satu kekuatan film ini terletak pada ambiguitas antara kenyataan dan halusinasi. Leah perlahan mulai mengalami gangguan persepsi. Penonton diajak untuk ikut terjebak dalam ketidakpastian: apakah semua ini hanya delusi akibat traumanya, ataukah ada kekuatan supranatural yang benar-benar memburu Leah? Film tidak memberikan jawaban pasti, namun justru memperkuat nuansa tidak aman yang menjadi benang merah sepanjang cerita.

Akting dari pemeran utama, Olivia Keene, menjadi sorotan. Ia berhasil menampilkan Leah sebagai sosok yang rapuh tapi juga memiliki lapisan-lapisan kompleks: ketakutan, kemarahan, penyesalan, dan dorongan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Chemistry antara Olivia Keene dan aktor pendukung seperti Dr. Ainsley (psikiater Leah yang diperankan oleh James Merton) memperkuat dinamika antara dunia realita dan dunia pikiran. Dr. Ainsley berusaha menarik Leah kembali ke kenyataan, tapi semakin ia mencoba, semakin Leah merasa bahwa tidak ada yang bisa dipercaya, termasuk dirinya sendiri.

Simbolisme dalam Scissors 2025 juga menjadi elemen penting yang patut diapresiasi. Gunting bukan hanya alat atau senjata, tetapi juga metafora dari pemisahan: antara kenyataan dan ilusi, antara masa lalu dan masa kini, dan antara Leah dan ibunya. Ada adegan di mana Leah mencoba memotong rambutnya sendiri dengan gunting, yang bisa ditafsirkan sebagai usaha memutus ikatan masa lalu, namun gagal karena luka batinnya terlalu dalam. Film ini penuh dengan elemen semacam itu yang tidak selalu dijelaskan secara eksplisit, melainkan dibiarkan mengendap dalam pikiran penonton.

Puncak ketegangan film terjadi ketika Leah menemukan satu ruangan tersembunyi di balik lemari di apartemennya. Ruangan itu penuh dengan mainan rusak, foto-foto masa kecilnya, dan dinding yang dipenuhi coretan sketsa sama persis seperti yang ia gambar atas permintaan penerbit misterius. Ini menjadi titik balik bagi Leah, dan juga bagi penonton, karena mulai jelas bahwa ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari sekadar gangguan psikologis. Dalam momen ini, suara-suara gunting terdengar seperti napas, langkah kaki, bahkan detak jantung, membuat suasana mencapai klimaks ketegangan.

Salah satu kekuatan film Scissors 2025 adalah keputusannya untuk tidak memberikan akhir yang sepenuhnya tertutup. Di babak akhir, Leah terlihat duduk di kursi, tangannya berdarah memegang gunting, dan tersenyum tipis sambil menatap lukisan yang ia buat sendiri. Tidak ada penjelasan konkret apakah semua yang dialaminya benar-benar terjadi atau hasil gangguan mentalnya semata. Apakah Leah berhasil mengalahkan trauma masa lalunya? Atau justru ia menyerah dan membiarkan pikirannya sepenuhnya mengambil alih? Semua pertanyaan itu dibiarkan terbuka, mengundang diskusi dan interpretasi.

Film ini menggunakan gaya sinematografi yang cermat, dengan tone warna dingin dan sudut kamera yang sering kali tidak sejajar, mencerminkan dunia Leah yang terdistorsi. Suara latar juga sangat membantu membangun ketegangan, tidak berlebihan tapi cukup menusuk saat dibutuhkan. Musik piano yang pelan dan menyeramkan menjadi latar beberapa adegan penting, menciptakan nuansa yang menyerupai mimpi buruk yang lambat tapi tidak bisa dihindari.

Scissors 2025 bukan film horor konvensional dengan jumpscare berlebihan atau hantu yang muncul mendadak. Ia memilih pendekatan psikologis, mengupas trauma masa lalu sebagai akar dari teror yang dialami karakter utama. Dengan mengandalkan kekuatan narasi dan visual simbolik, film ini berhasil menyampaikan ketakutan yang lebih dalam: yaitu ketakutan terhadap ingatan, terhadap diri sendiri, dan terhadap kemungkinan bahwa kenyataan bisa terpecah tanpa kita sadari.

Sebagian kritikus menyebut film ini sebagai perpaduan antara Black Swan dan Hereditary, meskipun film ini punya identitasnya sendiri yang kuat. Gaya Eleanor Graves sangat khas: lambat, penuh nuansa, dan menyakitkan secara emosional. Ia tidak menyuguhkan horor yang cepat dan ringan, tapi mengajak penonton untuk benar-benar masuk ke dalam kepala tokoh utama yang terpecah oleh masa lalu yang kelam.

Secara keseluruhan, film ini adalah film horor psikologis yang sangat direkomendasikan bagi mereka yang menyukai cerita yang gelap, rumit, dan penuh makna tersembunyi. Ini bukan tontonan santai, tapi pengalaman sinematik yang intens dan penuh refleksi. Dengan akting kuat, naskah cerdas, dan penyutradaraan yang matang, film ini layak masuk daftar film horor terbaik tahun 2025. Dan lebih dari itu, film ini mengingatkan kita bahwa sering kali, kengerian terbesar bukan datang dari luar, tapi dari dalam diri kita sendiri.